Tahun yang semakin jelas, 2019 menjadi
bilasan pedang tajam yang dapat mati sekali tebas. tak lama lagi detik-detik
penentu itu menghiasi jalanan oleh pemilu yang lebih ramai dari biasanya.
keadaan seperti ini sudah teramat biasa mungkin kita lihat dari tahun-tahun
sebelumnya. namun rasanya ada yang berbeda dengan jernihnya politik saat
sekarang ini. beragam gerak-gerik yang terlihat seakan menjauh dari kerukunan
berwarga negara, indonesia. Ada apa ini?, ada apa dengan perasaan kita yang
terus dihantui politik yang kian memanas dari hari ke hari.
Tidak dapat dipungkiri bahwa emosi
selalu dikaitkan dengan batas kemamuan dalam bersabar, membuat mulut tak
berhenti berkoar-koar menebar kebencian yang tak kunjung manjadi acuan yang
benar. kadang kita merasa, "kenapa begini amat sih". Sensitiftas
meningkat tajam dan drastis, bergejolak dibanyak media sosial yang memang
menjadi sasaran utama kebencian. dari semua lingkup pembicaraan ini adalah
tentang hawa nafsu yang masih menggerogoti jiwa kita, tentang rasa emosi yang
masih dikuasai oleh jin-jin halus yang tak kunjung padam mempengaruhi hati
sehingga semuanya berpotensi meluapkan emosi. Ternyata sebab yang paling
kongkret adalah karena adanya akal sehat yang seakan dipermainkan oleh bangsa
ini. dipermainkan oleh nalar yang kurang matang dalam berpikir sehingga kesan
bekerja secara apik selalu jauh dari kata apresiasi. berlebihan sekali ketika
akan memuji prestasi yang didapat oleh rezim sekarang ini. sebagian dari kita
mungkin mendadak bingung tentang kondisi ini, karena amburadulnya
gerakan-gerakan yang terjadi. miris adalah kata yang tepat menyimpulkan
kondisi, dan nyaris tak terbendung berbagai koreksi yang jika terpublikasi
langsung terintimidasi oleh kemauan yang harusnya bijak menjadi terasa di
injak-injak.
Inilah sebabnya kita selalu dikelilingi oleh rasa gelisah dan rasa takut yang mungkin agak berlebihan ketika kebebasan berpendapat begitu rancu diterapkan di negeri ini. berbeda sekali dengan masa dimana hal itu di anggap biasa-biasa saja, walaupun memang menyakitkan jika dipikirkan, namun secara umum ini adalah kebebasan yang isinya hanya ingin menjadikan kondisi lebih baik lagi, hanya caranya saja yang salah secara etika, dan itulah pilihan mereka yang mengaungkan kebenaran yang menurut mereka benar. jika koreksi yang sesensitif yang terjadi belakangan ini terus terjadi, maka kita sedang berada di lubang yang sangat berbahaya, ini harus dihentikan. apapun caranya, kita adalah makhluk yang bijak.
Sumber
:
https://www.portal-islam.id/2018/11/yusril-negara-ini-amburadul-dipimpin.html
https://deras.co.id/2018/09/21/amburadulnya-hukum-yang-katanya-di-negeri-hukum/
No comments:
Post a Comment