Kali ini tidak muluk-muluk tentang apa yang menjadi sorotan utama dalam menganalisa sesuatu yang familar di telinga, hanya anggap saja ini adalah panggilan rasa kepedulian terhadap sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan akan mengakar lebih dalam. ini juga merupakan bentuk lain dari rasa peduli itu sendiri, dimana yang awalnya tidak begitu peduli dengan keadaan ataupun area itu lalu datang sebuah pemikiran yang mudah-mudahan tidak begitu terlambat tentang ingin berbagi terkait persepsi yang memudahkan kita ketika berbeda dalam sebuah pandangan dan pendapat. Juga diharapkan ini juga bisa memberikan gambaran kecil bagaimana cara kita menerima perbedaan dalam berpendapat bisa lebih terasa indah dengan adanya ketidak baperan yang terlalu membuat kita lebih sering mengerutkan dahi.
Dalam kehidupan kita yang sehari-hari menjalani aktivitas,
sebagian besar akhir-akhir ini ada yang lain dengan hubungan interaksi dengan
sesama. Hal itu dipicu oleh datangnya keinginan dan arogansi dalam perbedaan
pendapat, yang dalam keadaan apapun upaya yang dapat dilakukan dalam perbedaan
itu kadang sangat minim untuk mendapatkan ruang keharmonisan kebebasan karena
kurangnya pengetahuan. Tentang bagaimana harusnya kita ketika berbeda dalam
berpendapat, tentang tindakan apa yang selayaknya ada ketika raut wajah
menangkis senyum, yang membuat semua berbeda ketika perbedaan itu ada.
Terkhusus untuk tahun ini dimana pembahasan Politik menjadi
hangat, dari yang tidak begitu peduli politik dan yang awam politik, menjadi
agak agresif jika arah narasi dan bicara mengarah pada politik. Selain hal itu
di dominasi oleh 2019 Tahun yang penuh dengan Politik, ada hal yang seharusnya
kita didahulukan untuk menjadi sandaran ketika terjadi gejolak ataupun terjadi
banyaknya perbedaan pendapat terkait politik. Karena akan cukup aneh dan
mungkin juga wajar jika ada yang sampai ada yang tidak saling menyapa karena
adanya perbedaan itu. seharusnya jika kita sedikit saja bisa lebih bijak, maka semua
terasa akan baik-baik saja, tapi tetap saja, kembali kepada pribadi masing-masing
dalam menangani hal ini. Keadaan itu seolah tidak bisa kita bendung, karena
memang setiap hal apapun di dunia ini selalu saja ditemui banyak perbedaan.
Sangat miris ketika kita melihat keadaan dalam perbedaan dengan adanya berita
yang beredar sampai ada yang tidak saling menyapa antar tetangga, bahkan
bercerainya suami-istri karena berbeda pandangan Politik, ini sangat
disayangkan sekali. ya begitulah keadaannya.
Kita sangat bisa bebas berpendapat apapun selama itu tidak
merugikan orang lain. Bahkan kebebasan itu telah di atur
dalam UUD 1945 pasal 28E ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan, “Setiap
orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.
ditambah dengan beberapa Pasal 19 dan 20 yang menjamin Deklarasi Universal
Hak-Hak Asasi Manusia PBB.
Pasal Pasal 19 tersebut berbunyi
“Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan
pendapat, dalam hal ini termasuk kebebasan mempunyai pendapat – pendapat dengan
tidak mendapat gangguan dan untuk mencari, menerima, dan menyampaikan
keterangan – keterangan dan pendapat – pendapat dengan cara apapun juga dan
tidak memandang batas – batas”.
lalu
Pasal 20
Ayat 1: “Setiap orang mempunyai hak atas kebebasan berkumpul
dan berpendapat.”
Ayat 2: “Tidak ada seorang juga pun dapat dipaksa memasuki salah
satu perkumpulan.”
Aturan yang tersebut diatas merupakan sebuah referensi yang jelas
bisa kita jadikan acuan yang mumpuni dalam menghadapi perbedaan
perpendapat.Saat perkembangan Teknologi zaman ini begitu banyak menawarkan
media yang bebas memerikan ruang dalam mengutarakan pendapat, lalu karena
kebebasan yang luas itu muncul batasan-batasan yang seringkali Sosial Media
menjadi ajang mengutarakan kejengkelan yang berujung di jeruji besi karena
pelanggaran Ujaran Kebencian. Zaman yang semakin sensitif ini bisa membuat
orang terpenjara lantaran hanya membuat komentar pedas dan mungkin dianggap
sebuah kebencian, padahal tidak.
Tapi soal Ujaran Kebencian di Sosial Media itu tidak berlaku untuk
Wakil DPR-RI kita yang satu ini. Sayang Sekali Tahun depan beliau tidak
menjabat DPR-RI lagi, lantaran akan Pensiun, tapi tetap bergerak dalam
Kumunitas GARBI nya (Gerakan Arah Baru Indonesia). Ia adalah pak Fahri Hamzah.
Beliau adalah tokoh politik yang sangat cerdas membaca arah indonesia. Berbagai
macam Kritikan, bahkan kebencian tidak dipermasalahkan jika ada yang
membencinya. Bahkan lagi di Sosial Media, Akun Twittrernya tertulis
"♡akun dipegang sendiri. boleh kritik&maki2 kalau sebel. tapi jangan pornografi aku blok♡twitter untuk silaturahim♡"
"♡akun dipegang sendiri. boleh kritik&maki2 kalau sebel. tapi jangan pornografi aku blok♡twitter untuk silaturahim♡"
Ini menunjukkan bahwa kebebasan itu kadang membuat kita terbatasi
oleh hal-hal yang mungkin konyol. tidak boleh itu tidak ini. Apalagi jika urusannya
sudah mengarah ke Politik, di goreng kesana kemari "gak
mari-mari".hehe.
Ya mudah-mudahan kita lebih bijak dalam berbeda pendapat atau
pandangan. Kita jadikan perbedaan itu sebagai bahan berbagi agar selalu dalam
pikiran yang maju dan memajukan.
Semoga juga apa yang kami uraikan ini bermanfaat. Jika ada yang
salah dalam penyebutan dan keliru mengartikan, kami mohon maaf, dan kami akan
terima saran dan kritikannya.
sekian.
No comments:
Post a Comment