dan "ngapain juga
dibayangkan". Kejadian yang seolah terus saja bertolak belakang
dengan nalar dan akal sehat. Kita semacam terjebak dalam angan yang
sepertinya tidak akan pernah bersahabat. Eksistensi dan tendensius menjadi hal
bisa kita kaitkan dengan semua ini, bisa jadi lebih terdukung karena ada
berbagai macam pandangan yang bertolak belakang.
Mulai dari informasi yang kita dengar dan lihat, adanya kesepakatan janji diberikannya jabatan, dalam formasi-formasi yang telah disetujui di sebuah forum misalnya. inilah yang menegakkan pikiran kita terhadap sesuatu yang berbau rencana yang sangat terbaca oleh suasana egoisme dari sebuah kelompok. seolah-olah setelah nanti berhasil menduduki sebuah bangku kekuasaan maka akan sangat mudah memasukkan anggota yang telah disepakati dalam forum tadi untuk menjabat sebagai bagian terpenting dalam struktur terbesar di negeri ini.
Mulai dari informasi yang kita dengar dan lihat, adanya kesepakatan janji diberikannya jabatan, dalam formasi-formasi yang telah disetujui di sebuah forum misalnya. inilah yang menegakkan pikiran kita terhadap sesuatu yang berbau rencana yang sangat terbaca oleh suasana egoisme dari sebuah kelompok. seolah-olah setelah nanti berhasil menduduki sebuah bangku kekuasaan maka akan sangat mudah memasukkan anggota yang telah disepakati dalam forum tadi untuk menjabat sebagai bagian terpenting dalam struktur terbesar di negeri ini.
Sekilas pikiran itu kadang-kadang tak
jauh dari kata "Kita Heran". informasi yang terus kita terima dari
berbagai macam argumen selalu saja berbelit-belit. Walaupun memang pengakuan
sangat tidak mungkin dilakukan jika yang bersangkutan merasa mempunyai
peran penting bagi pergerakan bersama. ini adalah rumus terkecil yang selalu
dilakukan kalangan yang ada ranah yang merasa bijaksana padahal hanya ocehan yang diterima.
Kita menanti Silogisme kenyamanan untuk
menemukan titik dimana kita harusnya meletakkan pikiran yang mempunyai niat
untuk membatasi kecenderungan berpikir mana yang layak dan tidak layak. Politik
selalu menggiring kita kearah yang negatif, walaupun secara umum tidak
sepenuhnya begitu. Birokrasi yang aman hanya akan terasa tentram jika keadilan
dan kebebasan terarah sesuai porsi yang tertanam dibenak sanubari yang
pikiran-pikirannya jelas. tidak hanya tentang membangun jalan secara fisik,
namun lupa membangun jalan pikiran yang cerdas.
Masih adanya ilusi yang membidik pelan-pelan, mempengaruhi
sejengkal kegelisahan, dan membawa visi-misi abal-abal karena berujung
pengingkaran. Masyarakat biasa khususnya yang merasa nalarnya tidak tersakiti,
hanya tahu memboyong langkah untuk menghindari ranah-ranah yang selalu dianggap
basi, padahal dengan menjauhi, tanpa sadar itu adalah pendekatan awal yang
disambut meriah oleh akal yang terjepit di tiang besar. Sungguh miris jika itu
terjadi.
Semua ingin agar selangkah lebih maju sebelum Pemisme menelan luar dalam kepedulian kita terhadap tujuan yang selama ini digadang-gadang. alangkah baiknya pemeran yang terlihat selama ini sangat mencolok lantaran begitu nampak jelas siapa yang antagonis. selama pikiran itu lekat dan dekat dengan kita, maka pengendali yang paling utama adalah menggunakan referensi yang jelas, berupa langkah awal yang boleh sama-sama kia sepakati dengan mengambil pikiran yang tidak terlalu reaktif.
kita bisa secangkir lebih banyak untuk mengerti tentang makna kerukunan dalam menelaah secara berjamaah, agar hadirnya keharmonisan cepat menusuk otak yang selalu membawa pikiran-pikiran buruk.
Oleh : Isya Andika, S.kom
*orang yang sedikit gelisah tentang kehadiran kegelisahan itu sendiri.
bukan karena kacaunya pikiran, tapi bertanya-tanya mengapa begitu banyak nalar yang masih dipermainkan.
Oleh : Isya Andika, S.kom
*orang yang sedikit gelisah tentang kehadiran kegelisahan itu sendiri.
bukan karena kacaunya pikiran, tapi bertanya-tanya mengapa begitu banyak nalar yang masih dipermainkan.
No comments:
Post a Comment