Berbagai isu bukan hanya mulai mencuat dari banyaknya jenis
pengeroyokan massal soal ketidak sopanan politik menelan mentah-mentah
kebijakan dan tindakan yang di anggap selalu saja main hantam dari
belakang. Tidak ada lagi pertanyaan soal Ada apa ini, namun ini lebih pada sudah saatnya atau belum, kita harus
benar-benar bijak menelaah dan menelan sesuatu yang di anggap kurang normal.
Isu demi isu telah menemani telinga kita menjelang debat ronde kedua Pilpres
2019 ini. seiring dengan maraknya pemberitaan yang berujung pencitraanpun masih
sangat tidak bisa padam. berlomba-lomba siapa yang paling islami, siapa yang
paling dekat dengan Ulama, adalah sorotan terkini yang mengasuh otak kita dalam
anggapan keras menentang ghibah namun sebagai fakta yang tak kunjung reda kita
tidak mampu berhenti melihat "yang menurut kita aneh".
Bagaimana tidak, soal agama sudah seakan
menjadi makanan renyah yang selalu di kunyah dengan nikmat oleh politisi di
negeri ini. gaya macam apa ini. seperti "kita kembali pada" pembahasan
Siapa yang paling islami. mengapa semudah itu isu ini bisa hadir dengan lengkap
menerjemahkan keikut sertaan agama untuk pencitraan, sementara Ibadah tidak
boleh diperlihatkan apalagi dengan sengaja dipertontonkan khalayak ramai. kita
tahu itu.
Hilangnya kesadaran untuk mengharagai
Perbedaan itu kadang sangat tampak jelas. hal itu datang dengan hal baru, dari
Si Zaky. Bos Buka Lapak yang baru-baru ini ikut "terseret" dengan isu
yang berkembang. yang mengharuskan ia minta maaf kepada Netizen terkait
Cuitannya Di twitter "Predien Baru". detik.com menyebutkan bahwa Karena Pendukung
Jokowi marah, maka hastag/tagar #UnistalBukaLapak pun menjadi viral dengan
seketika. zaky dengan kesiapannya menyampaikan bahwa memang itu adalah
permasalahan yang tidak mengada-ngada. CEO BukaLapak itu menambahkan bahwa
dalam 20 sampai 50 tahum ke depan Indonesia perlu investasi dalam riset
dan SDM kelas tinggi agar tidak kalah dibanding negara-negara lain.
Berhubung ini tahun yang sangat panas, matahari kian mendekat (gak
nyambung), cuaca dan suasana mudah melebar dari hal kecil menjadi besar, maka
kita selaku pemilih dan kita adalah penentu dari "siapa" yang akan berkuasa
nanti agar lebih bijaklah dalam memilih. kita harus cerdas mulai saat ini.
cairkan suasana yang kian memanas ini. indonesia harus bersatu, karena kalau
saja karena pemilu membuat kita gagal bersaudara maka hancurlah segala
interkasi yang kita bangun bersama.
nitip komen hu
ReplyDeleteputrajfla.com
ReplyDeletesiap-siap hu.
ReplyDeletesinggah juga di
dhkengineering.blogspot.com hu