Menghirup Elegi dan Anomali pada Tukang Becak - Tempuhtamah.com

Tempuhtamah.com

"Penambah wawasan, penelaah pandangan, menjejar opini"

f

Breaking

Post Top Ad

Monday, February 4, 2019

Menghirup Elegi dan Anomali pada Tukang Becak



     Moda transportasi di negara berkembang seperti Indonesia sudah sangat beragam, baik dalam fungsi, bentuk, dan juga efisiensinya. Spesifikasi nya jelas ada dua, kendaraan umum dan kendaraan pribadi. kendaraan pribadi tak perlu dibahas lah, karena akan terlalu luas cakupannya, sedangkan kendaraan umum sudah terlalu banyak, seperti ojek pangkalan, angkot, bis, dan yang sedang menjadi trending masa kini, Transportasi Online.
Dibalik banyaknya kendaraan umum yang beredar, ada satu yang nyaris tak diperhitungkan dan tak efisien di era sekarang menurut banyak orang. Ya, becak.
Di era seperti sekarang ini, semuanya adalah tentang efisiensi waktu, tenaga, dan materil yang didapat atau dikeluarkan. Dari semua tuntutan itu, tukang becak dengan sepeda tua dan becak karatannya masih tetap eksis dan menjadi sebuah Anomali.
 
Mungkin buah simalakama ini dirasakan juga oleh para penarik becak yang rata-rata berusia senja, tidak pernah atau jarang kita mendengar “Abang Becak” berkelana, karena memang rata-rata diatas 40 tahun, bahkan tak jarang ada yang berusia sudah diatas 60 tahun senantiasa mengayuh sepeda di jalanan aspal kota yang panas dan penuh emosi. Becak jelas tak secepat Go-jek yang mampu menjemput anda kedepan rumah, tak pula senyaman angkot yang membuat anda bisa duduk tenang walau potensi kecopetan cukup besar, dan yang paling pelik, becak juga bisa memperlambat pengguna jalan lain karena punya lebar yang dua kali lebih besar ketimbang motor. Ini juga bisa memancing emosi pengguna jalan lain yang kepanasan dan terburu-buru untuk bisa secepatnya sampai ke tujuan. Untuk masalah ongkos juga, becak juga cenderung lebih mahal dibandingkan dengan Go-jek misalnya, karena usaha yang dikeluarkan jauh lebih besar.
Dengan rata-rata penarik becak adalah orang lanjut usia, ini juga menjadi sebuah elegi yang menunjukkan kaum muda seakan tutup mata tentang becak ini. Semakin tua sang kakek penarik becak, maka akan semakin lambat sebuah becak. Ini logis, karena sang kakek tak punya tenaga sebesar cucunya yang masih segar dan tidak kurang suatu apapun.
Saya belum mengetahui apakah ada program pemerintah guna mereduksi, atau minimal memfasilitasi tukang becak. Jalur khusus angkot sudah ada, khusus sepeda sudah ada, masalahnya becak tak akan bisa untuk masuk kejalur tersebut. Jika becak dimasukkan ke dalam jalur sepeda, ukuran becak yang lebih luas dari sepeda akan menjadi masalah. Sedangkan jika becak dimasukkan ke jalur angkot, maka akan menghambat perjalanan angkot, karena sumber tenaga dari becak adalah kayuhan kaki para pria separuh baya bukan mesin disel yang bertenaga kuda.
Sudah sepatutnya Pemerintah dan seluruh lapisan Masyarakat memikirkan masa depan dan kelanjutan becak ini. Karena, meski dianggap banyak kurangnya, becak cukup efisien dalam memanjakan mata pelancong yang ingin menikmati keindahan suatu kota yang disinggahinya. Becak adalah Anomali terbesar di era milenial dalam moda transportasi umum.

*Penulis adalah individu hutan yang tersesat ke perkotaan hanya berbekal otak dengan nalar pas-pasan dan pengetahuan yang sempit layaknya kuburan. Sering hidup di Instagram dengan nama @bayu_wen

No comments:

Post a Comment