Dibalik banyaknya kendaraan umum yang beredar, ada satu yang nyaris tak diperhitungkan dan tak efisien di era sekarang menurut banyak orang. Ya, becak.
Di era seperti sekarang ini, semuanya adalah
tentang efisiensi waktu, tenaga, dan materil yang didapat atau dikeluarkan.
Dari semua tuntutan itu, tukang becak dengan sepeda tua dan becak karatannya
masih tetap eksis dan menjadi sebuah Anomali.
Mungkin buah simalakama ini dirasakan juga oleh
para penarik becak yang rata-rata berusia senja,
tidak pernah atau jarang kita mendengar “Abang Becak” berkelana, karena memang
rata-rata diatas 40 tahun, bahkan tak jarang ada yang
berusia sudah diatas 60 tahun senantiasa mengayuh sepeda di jalanan aspal kota
yang panas dan penuh emosi. Becak jelas tak secepat Go-jek yang mampu menjemput
anda kedepan rumah, tak pula senyaman angkot yang membuat anda bisa duduk
tenang walau potensi kecopetan cukup besar, dan yang paling pelik, becak juga
bisa memperlambat pengguna jalan lain karena punya lebar yang dua kali lebih
besar ketimbang motor. Ini juga bisa memancing emosi pengguna jalan lain yang
kepanasan dan terburu-buru untuk bisa secepatnya sampai ke tujuan.
Untuk masalah ongkos juga, becak juga cenderung lebih mahal dibandingkan dengan
Go-jek misalnya, karena usaha yang dikeluarkan jauh lebih besar.
Dengan rata-rata penarik becak adalah orang
lanjut usia, ini juga menjadi sebuah elegi yang menunjukkan kaum muda seakan
tutup mata tentang becak ini. Semakin tua sang kakek penarik becak, maka akan semakin lambat sebuah becak. Ini
logis, karena sang kakek tak punya tenaga sebesar cucunya yang masih segar dan
tidak kurang suatu apapun.
Saya belum mengetahui apakah ada program pemerintah guna mereduksi, atau minimal memfasilitasi tukang becak. Jalur khusus angkot sudah ada, khusus sepeda sudah ada, masalahnya becak tak akan bisa untuk masuk kejalur tersebut. Jika becak dimasukkan ke dalam jalur sepeda, ukuran becak yang lebih luas dari sepeda akan menjadi masalah. Sedangkan jika becak dimasukkan ke jalur angkot, maka akan menghambat perjalanan angkot, karena sumber tenaga dari becak adalah kayuhan kaki para pria separuh baya bukan mesin disel yang bertenaga kuda.
Saya belum mengetahui apakah ada program pemerintah guna mereduksi, atau minimal memfasilitasi tukang becak. Jalur khusus angkot sudah ada, khusus sepeda sudah ada, masalahnya becak tak akan bisa untuk masuk kejalur tersebut. Jika becak dimasukkan ke dalam jalur sepeda, ukuran becak yang lebih luas dari sepeda akan menjadi masalah. Sedangkan jika becak dimasukkan ke jalur angkot, maka akan menghambat perjalanan angkot, karena sumber tenaga dari becak adalah kayuhan kaki para pria separuh baya bukan mesin disel yang bertenaga kuda.
Sudah sepatutnya Pemerintah
dan seluruh lapisan Masyarakat
memikirkan masa depan dan kelanjutan becak ini. Karena, meski dianggap banyak
kurangnya, becak cukup efisien dalam memanjakan mata pelancong yang ingin
menikmati keindahan suatu kota yang disinggahinya. Becak adalah Anomali
terbesar di era milenial dalam moda transportasi umum.
*Penulis
adalah individu hutan yang tersesat ke perkotaan hanya berbekal otak dengan
nalar pas-pasan
dan pengetahuan yang sempit layaknya kuburan. Sering hidup di Instagram dengan
nama @bayu_wen
No comments:
Post a Comment