Terjebak dalam sistem "Siapa yang dekat dengan api" - Tempuhtamah.com

Tempuhtamah.com

"Penambah wawasan, penelaah pandangan, menjejar opini"

f

Breaking

Post Top Ad

Thursday, January 24, 2019

Terjebak dalam sistem "Siapa yang dekat dengan api"



     Kita kadang panik terhadap sesuatu yang belum terjadi. kecemasan datang tanpa mau tahu apakah kita sedang tidak ingin geisah atau tidak, (hmmm, lucu juga kalau datangnya tebang pilih, haha). hal semacam ini seolah-olah selalu membuat kita takut bergerak melangkah kedepan. tidak mau berpindah dari zona nyaman yang selama ini dirasakan. ini adalah musibah kecil yang membesar seperti bola salju. atau barangkali bukan begitu. kita sedang bingung saja mencari celah yang tidak dilalui orang lain untuk menginjakkan kaki dengan lincah karena tidak ada oran lain disana.

Atau juga hal lainya, yang memang kita sendiri yang sudah beberapa kali mencoba untuk bergerak dan berpindah tempat namun masih saja terjebak dikeadaan yang sama.
keadaan yang begitu-begitu saja membuat kita lelah untuk berpikir. karena ternyata antara bekerja secara fisik dan tidur seharian itu capeknya sama saja. maka alangkah ruginya jika kita hanya berdiam diri tanpa mau bergerak dengan leluasa.

Masalahnya adalah bukan tidak mau untuk bergerak, tapi kembali kepada keadaan yang sepertinya menginginkan jiwa untuk tidak bergerak sementara waktu. sampai pada akhirnya kita bingung, jalan apa yang telah dilalui ini. kebingunan itu muncul pada saat dimana segala usaha dan upaya yang dilakukan sudah terasa maksimal tapi ternyata belum. penundaan datangnya harapan seakan membuat kita malas untuk berpikir melakukan hal yang biasa orang lakukan ketika akan berjuang meraih sesuatu. tapi masih kembali kepada ambang batas dari perjuangan yang dilakukan secara mandiri. ada hal-hal yang tidak bisa dikendalikan untuk menemani perjalanan dalam berjuang. Skill misalnya. 
kita harus mempunyai kemampuan minimal mengontrol diri dalam keadaan apapun. aktif dalam berpikir akan selalu menjadikan kita lentur dan tidak kaku menghadapi sesuatu.
jadi faktor utama yang bisa dijadikan patokan adalah dengan sering-sering bergaul dengan informasi yang akan kita jadikan sebagai referensi mengais sesuatu. 

Rezeki datang pada mereka yang mau berusaha, dan berdo'a. ungkapan ini mungkin sangat menggangu otak kita ketika sedang pusing-pusingnya menghadapi sulitnya ekonomi. ya, kita tahu itu. kita tahu tentang makna dan hakikat perjuangan yang selalu kita emban berbagai macam kosa kata yang telah menempel dalam benak kita, seperti "Rezeki datang pada mereka yang mau berusaha dan berd'oa", kita tahu itu. namun bukan ini yang kita ingin perdebatkan, akan tetap sejauh mana harusnya perjuangan itu dilakukan jika sebuah sistem yang akan kita ajak untuk kita masukkan dalam daftar perjuangan mempunyai gaya tersendiri yang membuat kita mati dalam bergerak dan enggan mentafsirkan kalau kita mampu. 

Hal-hal yang diluar kendali memang tidak bisa diubah, begitulah mungkin defenisi takdir. kita cenderung tidak ingin tahu ketika mengetahui fakta bahwa semua adalah permainan, tentang siapa yang paling dekat dengan api, maka ia akan mendapatkan hangatnya unggun. prinsip ini mungkin lain sisi sudah agak di tinggalkan, namun dari 100% hanya 5% yang masih hilang dari sistem pemikiran sekarang ini.  
Cara yang paling tepat mungkin adalah dengan ikut menikmati dengan memperbaiki dari dasar pemikiran. Kita seakan telah terbiasa dengan keterlibatan kedekatan yang di susun rapi ketika akan mengais rezeki dengan penuh ambisi yang sangat liar.
Entahlah, ini hal yang tidak bisa kita ubah, Tapi harapan tentu selalu ada dalam pandangan yang positif. Bahwa apapun yang kita usahakan dalam berjuang mudah-mudahan akan membuahkan hasil, minimal kita tahu pahitnya berproses. 












No comments:

Post a Comment