HPSN 2019, TPA Pakusari, Jember |
Semenjak dari bangun di pagi hari
aktifitas manusia langsung berhubungan dengan sampah. Kadang dengan tingkat
kepedulian yang rendah kita menjadi enggan dengan membiarkan keadaan lingkungan
yang semakin hari semakin memburuk. Keadaan
itu dipicu oleh tingkat kesadaran akan memahami kondisi lingkungan terihat
disepelekan, hal itu terlihat dengan beberapa tindakan ketidakmauan kita dalam
membuang sampah pada tempatnya.
Indonesia memiliki lautan yang sangat luas, berbagai pulau menghubungkan aktifitas kita untuk berinteraksi. Dengan posisi yang luas itu maka tanggung jawab besarpun memang sudah menanti. Bukan hanya soal tanggung jawab yang dijalankan Oleh Pemerintah, tapi juga kembali, kepada kita yang ingin dan bagi yang mempunyai niat tulus untuk memperbaiki keadaan lingkungan kita hari ini untuk masa depan kita nanti.Memang, ketika kita mendegar kata “Sampah” yang terbayangkan hanyalah soal menjauhi tanpa mau memperbaiki. Hal-hal seperti inilah yang bisa kita asah pelan-pelan soal kesadaran peduli lingkungan yang mungkin telah hilang, akan menjadi sedikit lebih peduli.
Bahkan jikapun seandainya sampah telah dibuang ke tempat sampah ini bisa tetap akan menjadi masalah, apalagi jika dibiarkan. Tapi dalam konteks kita ingin melakukan perubahan maka sesuatu yang kita sebut sampah sebagai sumber masalah bukan dari sampah itu sendiri, melainkan bagaimana cara kita menanganinya.
Indonesia memiliki lautan yang sangat luas, berbagai pulau menghubungkan aktifitas kita untuk berinteraksi. Dengan posisi yang luas itu maka tanggung jawab besarpun memang sudah menanti. Bukan hanya soal tanggung jawab yang dijalankan Oleh Pemerintah, tapi juga kembali, kepada kita yang ingin dan bagi yang mempunyai niat tulus untuk memperbaiki keadaan lingkungan kita hari ini untuk masa depan kita nanti.Memang, ketika kita mendegar kata “Sampah” yang terbayangkan hanyalah soal menjauhi tanpa mau memperbaiki. Hal-hal seperti inilah yang bisa kita asah pelan-pelan soal kesadaran peduli lingkungan yang mungkin telah hilang, akan menjadi sedikit lebih peduli.
Bahkan jikapun seandainya sampah telah dibuang ke tempat sampah ini bisa tetap akan menjadi masalah, apalagi jika dibiarkan. Tapi dalam konteks kita ingin melakukan perubahan maka sesuatu yang kita sebut sampah sebagai sumber masalah bukan dari sampah itu sendiri, melainkan bagaimana cara kita menanganinya.
Lalu jika berbicara dampak dari tidak
adanya kesadaran menangani sampah itu senidiri adalah dengan melihat beberap
kejadian dari berbagai jenis yang sampah yang baru-baru ini kita melihat bahwa
begitu mirisnya lautan kita sekarang. Keterangan dari Liputan6.com, Tahun 2018 lalu
bahwa ada seekor ikan paus ramai diperbicangkan lantaran memakan sampah plastic
yang terbuang di laut lepas. Ini terjadi di Pulau Kapota, Kabupaten Wakatobi,
Sulawesi Tenggara. Tak tanggung-tanggung, paus yang berukuran 9,5 meter dan lebar 1,85 meter itu
didapati dalam keadaan sudah menjadi bangkai. Jumlah sampah plastik yang ada
dalam perutnya seperti mengiris-iris di ulu hati ketika kita melihatnya.
Bagaimana tidak, sampah yang ada dalam perut Paus itu mencapai kurang lebih 6
kilogram.
Hal ini menunjukkan bahwa ada hal besar
yang selama ini tidak kita perhatikan akan berdampak begitu menyakitkan bagi
makhluk hidup yang ada di laut. Solusinya adalah tidak cukup hanya dengan daur
ulang Sampah, akan tetapi juga harus dengan Reduksi yang dilakukan supaya
sampah tidak sempat tersentuh oleh lingkungan yang dominan liar merasakan
pencemaran lingkungan. Maka dari itu marilah mulai dari saat ini kita lebih
memperhatikan dari titik terkecil asal mula sampah bisa membesar agar tidak
menimbulkan dampak bahaya bagi lingkungan. Dengan memperhatikan bahwa Paradigma lama pengelolaan sampah seperti
KUMPUL > ANGKUT > BUANG
Akibatnya Menimbulkan dampak negatif terhadap Lingkungan (Pencemaran Udara Air Dan Tanah).
KUMPUL > ANGKUT > BUANG
Akibatnya Menimbulkan dampak negatif terhadap Lingkungan (Pencemaran Udara Air Dan Tanah).
Maka perubahan yang bisa dilakukan
adalah merubah image
sampah dari barang buangan menjadi sumber daya :
- Implementasi 3R ;
- Sampah MASIH bernilai ekonomis.
Bisa juga seperti
Merubah sistem pengelolaan sampah:
Merubah sistem pengelolaan sampah:
- Sampah diolah sejak dari sumbernya (dari hulu ke hilir)
- Pengelolaan sampah adalah : bagian tak terpisahkan dari pengendalian pencemaran serta mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
Lalu perubahan selanjutnya yang bisa
dilakukan adalah
- Merubah Perilaku
- Perubahan perilaku pemerintah : (pusat, provinsi dan kabupaten/kota)
- Perubahan perilaku bisnis: extended producer’s responsibility
- Perubahan perilaku masyarakat.
Secara garis besar pengelompokan sampah
yang ada saat ini mulai atau bahkan sudah di amati untuk diteliti masa
terurainya. Dan telah di temukan bahwa jenis sampah yang dominan mempunyai
bahan plastik atau bahan sejenis plastik lainnya akan sangat lama menguarai.
Berdasarkan data yang telah kami ulas dari paparan Sosialiasasi Penanggulangan
Sampah Rumah Tangga, maka tahukan anda berapa lama sampah itu dapat terurai?
dapat dikelompokkan seperti berikut ini :
dapat dikelompokkan seperti berikut ini :
·
KERTAS =
2,5 BULAN
·
KARDUS
= 5 BULAN
·
KULIT
JERUK = 6 BULAN
·
SPON
SABUN = 25 TAHUN
·
SEPATU
KULIT = 40 TAHUN
·
KAIN
NILON = 40 TAHUN
·
PLASTIK =
80 TAHUN
·
ALUMINIUM =
100 TAHUN
·
GABUS
/STEROFOAM = TIDAK BISA HANCUR
Dari data tersebut kita bisa melihat dengan jelas bahwa waktu yang lama itu mungkin akan tidak kita rasakan hari ini, tapi anak cucu kitalah yang akan mendapat dampak dari semuanya. Mudah-mudahan dengan mengedepankan rasa peduli terhadap lingkungan kita akan lebih bersemangat memberantas sampah dengan Proses-proses yang ada saat.
HPSN 2019
Semua itu dilakukan agar dalam ranah
menuju Indonesia bersih dan bebas Sampah pada tahun 2025 yang di Programkan
oleh Pemerintah Pusat akan terwujud dengan kesadaran yang sudah ada dari bawah.
Dengan kegiatan yang bertepatan dengan
Hari Peduli Sampah Nasional Tahun 2019 ini mari kita lestarikan dan bersihkan
alam Indonesia yang indah ini.
Oleh : Isya Andika, S.Kom
Patner Kamisahabatpena, Taliutam, "Indoneia Bebas Sampah Plastik"
No comments:
Post a Comment