Waktu
itu dia menulisnya di tahun pemilu 2014, Abdur Arsad ini adalah salah satu
kontestan yang lolos sampai finas di ajang pencarian bakat Stacd Up Comendi
Indonesia Di Kompas TV Alumni 4 tahun 2014.
entah
mengapa aku mulai ingin mengkaji ulang tentang ucapannya yang hingar binar itu
mendefenisikan urutan Presiden yang berkuasa di negeri ini. selaku orang timur
ia menceritakan tentang perbedaan-perbedaan yang ada pada masake masa tentang
pembangunan yang ada di indonesia, terkhusus saat 2014 itu ia seolah berorasi
di atas panggung namun tidak sampai membakar ban "Di ledek Juri, Raditya
Dika" saat itu.
dan
kali ini indonesia kembali
ingin memilih baju apa yang hendak ia pakai. apakah itu baju Militer atau Baju
tempur yang ada di PUBG, hahaha entah lah kita belum tahu.
cuma
yang jelas kita harus perhatikan betul mana yang masuk dalam akal sehat kita
dan mana yang tidak. kita mengharapkan indonesia ini dipimpin oleh orang yang
bisa mngendalikan dirinya tanpa ikut dikendalikan orang lain, karena itulah
ciri-ciri pemimpin.
tanpa
mengurangi rasa hormat kita selaku bangsa yang besar ini mudah-mudahan mampu
melewati tahun politik 2019 ini dengan bijak dan akur. jikapun itu tidak bisa
maka hal apalagi yang harus dikatakan jika itu adalah hal yang sangat menggelisahkan
bangsa.
beranjak
ke perkara yang mungkin lain tapi mudah-mudahan berkesinambungan. pada saat
kandidat sudah di umumkan oleh masing-masing kubu, ada perhatian menarik yang
keduanya seolah tidak sadar bahwa semua itu dibaca sangat mudah oleh publik.
dari pemilihan wapres yang dirahasiakan lalu berujung pada pengumuman berbeda
objek dan kerangka rencana yang di prediksi kuat gagal menduduki isi kursi.
sontak
perdebatan itu dibuka dalam berbagai pertemuan dan pembahasan. walaupun
sebenarnya yang sudah tidak jadi di tetapkan merasa ini baik-baik saja namun
publik menilai ini ada permainan yang besar. dan kembali entahlah, kita semua
bebas berpendapat.
Lalu
mendengarkan sejenak apa yang dikatakan oleh pak Mahdud Md dalam sebuah diskusi
baru-baru ini.
saat
dua kandidat yang sangat contras bersaing dalam jalan politik masing-masing.
sempat di bahas oleh Mahfud Md dalam uraiannya Channel Youtube Asumsi bersama Pangeran Mingguan. Bahwa pada saat 2104 itu
Mahfud Md berada di kubu prabowo dengan memberikan pandangan perbedaan Prabowo
dan Jokowi adalah terletak pada pendekatannya di ruang politik.
perbedaan
itu terletak pada yang satu mendekati masyarkat dan terjun langsung ke
lapangan, yang satunya memperbaiki dari dalam. keduanya baik, tergantung kita
mau pilih yang mana. itu saja sebenarnya, "ujar Pak Mahfud Md.".
Mudah-mudahan
indonesia di pimpin oleh orang beriman kepada Allah dan Rosulnya,
Pilihlah
dari hati nurasi, bukan dari gagasan atau narasi.
kembali
ke Stand Up Comedi,
kali
ini akan kubagikan sebuah cerita yang memang diresapi betul apa yang ia rasakan
pada indonesia ini. retorikanya mengubah pola pikir yang apik dan semoga kita
membuka pikiran itu.
anggap
saja ini cerita lain
dari
gambaran Bangsa ini.
"Jaya
Indonesia"
Oleh
: Abdur Arsyad (SUCI 4)
Jaya
Indonesia..
Sebagai
anak nelayan dari Lamakera..
saya
melihat Indonesia itu seperti kapal tua..
yang
berlayar tak tau arah..
arah
nya ada,
hanya
nahkoda kita yang tak bisa membaca..
mungkin
dia bisa membaca..
tapi
tertutup hasrat membabi buta..
hasrat
hidupi keluarga, saudara, kolega..
dan
mungkin istri muda.
Indonesia
itu memang seperti kapal tua..
dengan
penumpang berbagai rupa. .
ada
dari Sumatera, Jawa, Madura, Sumbawa hingga
Papua..
bersatu
dalam Nusantara.
Enam
kali sudah kita ganti nahkoda,
tapi
masih jauh dari kata sejahtera.
Dari
dulu teman-teman, dari teriakan kata merdeka..
sampai
sekarang, folbak donk kaka ..
Nahkoda
pertama,
sang
proklamator bersama Hatta..
membangun
dengan semangat Pancasila..
dan
terkenal di kalangan wanita..
ia
pernah berkata..
mampu
guncangkan dunia dengan sepuluh pemuda..
tapi
itu kan kurang satu untuk tim sepakbola..
kalau
begini kapan baru kita ikut piala dunia?
nahkoda
kedua,
32
tahun berkuasa..
datang
dengan program pembangunan beranama
pelita..
bapak
pembangunan bagi mereka..
bagi
saya tidak ada bedanya.. tidak ada!!!
penumpang
bersuara berakhir di penjara..
atau
hilang di lautan tanpa berita..
beda
dengan Dodit Mulyanto..
hanya
modal biola saja terkenal di Indonesia..
nahkoda
ketiga,
sang
wakil yang naik tahta..
mewarisi
pecah belahnya masa orba..
belum
sempat menjelajah samudera..
Ia
terhenti di tahun pertama..
dibanggakan
di Eropa,
dipermainkan
di Indonesia..
Jerman
dapat ilmunya..
kita
dapat apa...??
...antrian
panjang nonton film nya.
nahkoda
selanjutnya,
Sang
Kiai dengan hati terbuka.
Ia
terhenti dalam sidang istimewah..
ketika
tokoh-tokoh reformasi berebut istana..
potong
bebek saja..
gitu
aja kok repot.. kata Gusdur featuring
Ursula..
nahkoda
kelima,
nahkoda
pertama seorang wanita..
dari
tangan ibunya..
bendera
pusaka tercipta..
kata
bapaknya..
berikan
aku sepuluh pemuda..
tapi
apa daya..
itu
diluar kemampuan ibu beranak tiga..
kalau
mau sepuluh pemuda..
ambil
saja dari followersnya Raditya Dika..
cemungud
yah kaka..
nahkoda
keenam bagian A..
kenapa
bagian A..
sengaja
biar tetap ada 5A..
dua
pemilu mengungguli perolehan suara..
dua
kali disumpah atas nama garuda..
tapi
itu hanya awal cerita..
cerita
panjangnya terpampang di banyak media..
lapindo,
Munir , centuri, hambalang.. kami menolak
lupa
!
kini,
ia telah hadir di sosial media ..
mungkin
bermaksud mengalahkan Raditya Dika..
setelah
empat album yang berakhir entah seperti apa..
mungkin
ia akan membuat film.. Malam Minggu Istana.
teman-teman,
kini 2019 telah tiba..
saatnya
kita kembali memilih nahkoda..
pastikan
dia yang mengerti Bhinneka Tunggal
Ika
..
bukan
boneka milik Amerika!
Dia
yang menerti suara kita..
suara
kalau Indonesia bisa!
No comments:
Post a Comment