Pemilu Indonesia 2019 , Tentang Cerita Kapal Tua - Tempuhtamah.com

Tempuhtamah.com

"Penambah wawasan, penelaah pandangan, menjejar opini"

f

Breaking

Post Top Ad

Sunday, December 30, 2018

Pemilu Indonesia 2019 , Tentang Cerita Kapal Tua

Waktu itu dia menulisnya di tahun pemilu 2014, Abdur Arsad ini adalah salah satu kontestan yang lolos sampai finas di ajang pencarian bakat Stacd Up Comendi Indonesia Di Kompas TV Alumni 4 tahun 2014. 
entah mengapa aku mulai ingin mengkaji ulang tentang ucapannya yang hingar binar itu mendefenisikan urutan Presiden yang berkuasa di negeri ini. selaku orang timur ia menceritakan tentang perbedaan-perbedaan yang ada pada masake masa tentang pembangunan yang ada di indonesia, terkhusus saat 2014 itu ia seolah berorasi di atas panggung namun tidak sampai membakar ban "Di ledek Juri, Raditya Dika" saat itu.

dan kali ini indonesia kembali ingin memilih baju apa yang hendak ia pakai. apakah itu baju Militer atau Baju tempur yang ada di PUBG, hahaha entah lah kita belum tahu. 
cuma yang jelas kita harus perhatikan betul mana yang masuk dalam akal sehat kita dan mana yang tidak. kita mengharapkan indonesia ini dipimpin oleh orang yang bisa mngendalikan dirinya tanpa ikut dikendalikan orang lain, karena itulah ciri-ciri pemimpin.

tanpa mengurangi rasa hormat kita selaku bangsa yang besar ini mudah-mudahan mampu melewati tahun politik 2019 ini dengan bijak dan akur. jikapun itu tidak bisa maka hal apalagi yang harus dikatakan jika itu adalah hal yang sangat menggelisahkan bangsa. 

beranjak ke perkara yang mungkin lain tapi mudah-mudahan berkesinambungan. pada saat kandidat sudah di umumkan oleh masing-masing kubu, ada perhatian menarik yang keduanya seolah tidak sadar bahwa semua itu dibaca sangat mudah oleh publik. dari pemilihan wapres yang dirahasiakan lalu berujung pada pengumuman berbeda objek dan kerangka rencana yang di prediksi kuat gagal menduduki isi kursi. 
sontak perdebatan itu dibuka dalam berbagai pertemuan dan pembahasan. walaupun sebenarnya yang sudah tidak jadi di tetapkan merasa ini baik-baik saja namun publik menilai ini ada permainan yang besar. dan kembali entahlah, kita semua bebas berpendapat.


Lalu mendengarkan sejenak apa yang dikatakan oleh pak Mahdud Md dalam sebuah diskusi baru-baru ini.
saat dua kandidat yang sangat contras bersaing dalam jalan politik masing-masing. sempat di bahas oleh Mahfud Md dalam uraiannya Channel Youtube Asumsi bersama Pangeran Mingguan. Bahwa pada saat 2104 itu Mahfud Md berada di kubu prabowo dengan memberikan pandangan perbedaan Prabowo dan Jokowi adalah terletak pada pendekatannya di ruang politik. 
perbedaan itu terletak pada yang satu mendekati masyarkat dan terjun langsung ke lapangan, yang satunya memperbaiki dari dalam. keduanya baik, tergantung kita mau pilih yang mana. itu saja sebenarnya, "ujar Pak Mahfud Md.".

Mudah-mudahan indonesia di pimpin oleh orang beriman kepada Allah dan Rosulnya,
Pilihlah dari hati nurasi, bukan dari gagasan atau narasi.

kembali ke Stand Up Comedi,
kali ini akan kubagikan sebuah cerita yang memang diresapi betul apa yang ia rasakan pada indonesia ini. retorikanya mengubah pola pikir yang apik dan semoga kita membuka pikiran itu. 

anggap saja ini cerita lain 
dari gambaran Bangsa ini.



"Jaya Indonesia"
Oleh : Abdur Arsyad (SUCI 4) 



Jaya Indonesia..
Sebagai anak nelayan dari Lamakera..
saya melihat Indonesia itu seperti kapal tua..
yang berlayar tak tau arah..
arah nya ada,
hanya nahkoda kita yang tak bisa membaca..
mungkin dia bisa membaca..
tapi tertutup hasrat membabi buta..
hasrat hidupi keluarga, saudara, kolega..
dan mungkin istri muda.
Indonesia itu memang seperti kapal tua..
dengan penumpang berbagai rupa. .
ada dari Sumatera, Jawa, Madura, Sumbawa hingga
Papua..
bersatu dalam Nusantara.
Enam kali sudah kita ganti nahkoda,
tapi masih jauh dari kata sejahtera.
Dari dulu teman-teman, dari teriakan kata merdeka..
sampai sekarang, folbak donk kaka ..
Nahkoda pertama,
sang proklamator bersama Hatta..
membangun dengan semangat Pancasila..
dan terkenal di kalangan wanita..
ia pernah berkata..
mampu guncangkan dunia dengan sepuluh pemuda..
tapi itu kan kurang satu untuk tim sepakbola..
kalau begini kapan baru kita ikut piala dunia?
nahkoda kedua,
32 tahun berkuasa..
datang dengan program pembangunan beranama
pelita..
bapak pembangunan bagi mereka..
bagi saya tidak ada bedanya.. tidak ada!!!
penumpang bersuara berakhir di penjara..
atau hilang di lautan tanpa berita..
beda dengan Dodit Mulyanto..
hanya modal biola saja terkenal di Indonesia..
nahkoda ketiga,
sang wakil yang naik tahta..
mewarisi pecah belahnya masa orba..
belum sempat menjelajah samudera..
Ia terhenti di tahun pertama..
dibanggakan di Eropa,
dipermainkan di Indonesia..
Jerman dapat ilmunya..
kita dapat apa...??
...antrian panjang nonton film nya.
nahkoda selanjutnya,
Sang Kiai dengan hati terbuka.
Ia terhenti dalam sidang istimewah..
ketika tokoh-tokoh reformasi berebut istana..
potong bebek saja..
gitu aja kok repot.. kata Gusdur featuring
Ursula..
nahkoda kelima,
nahkoda pertama seorang wanita..
dari tangan ibunya..
bendera pusaka tercipta..
kata bapaknya..
berikan aku sepuluh pemuda..
tapi apa daya..
itu diluar kemampuan ibu beranak tiga..
kalau mau sepuluh pemuda..
ambil saja dari followersnya Raditya Dika..
cemungud yah kaka..
nahkoda keenam bagian A..
kenapa bagian A..
sengaja biar tetap ada 5A..
dua pemilu mengungguli perolehan suara..
dua kali disumpah atas nama garuda..
tapi itu hanya awal cerita..
cerita panjangnya terpampang di banyak media..
lapindo, Munir , centuri, hambalang.. kami menolak
lupa !
kini, ia telah hadir di sosial media ..
mungkin bermaksud mengalahkan Raditya Dika..
setelah empat album yang berakhir entah seperti apa..
mungkin ia akan membuat film.. Malam Minggu Istana.
teman-teman, kini 2019 telah tiba..
saatnya kita kembali memilih nahkoda..
pastikan dia yang mengerti Bhinneka Tunggal
Ika ..
bukan boneka milik Amerika!
Dia yang menerti suara kita..
suara kalau Indonesia bisa!


No comments:

Post a Comment